Berikutnya tanganku meraih blus tanpa lengan itu. Kucari lubang
lengannya yang sempit. Kuamati. Kulihat ada noda peta di sekitar
pinggiran lubang lengannya. Aku yakin itu keringat Bude Murni. Pelan
kudekatkan ke hidung dan kuciumi tepian lengan blus itu. Ini bau asem
keringat Bude Murni. Hasrat birahiku melonjak naik.
Jari-jari
tanganku semakin sering memijat-pijat penis kecilku. Enak banget
rasanya.. Aku terbang di awang nikmat birahi. Hidungku kembali nyungsep
ke ketiaknya Bude Murni. Aku merem setengah melek. Oochh.. Bude Murnii..
Bude Murni.. Ijinkan aku menjilati ketiakmu Budee..
Berikutnya
aku mendekatkan hidungku ke arah gantungan. Kuendus kutang dan celana
dalam Bude Murni. Aku rasakan lintasan aroma keringatnya yang asem dan
kencingnya yang pesing itu. Pasti asem keringat itu nempel pada
kutangnya. Mungkin buah dada Bude Murni berkeringatan saat kegerahan.
Keringatnya itu pasti terserap kain kutangnya dan tertinggal di sana.
Dan bau pesingnya pasti dari celana dalamnya yang nampak lusuh sesudah
di pakainya.
Mungkin saat kencing ada serpihannya yang terciprat
ke celana dalamnya. Warna ke-kuning-kuningan yang pekat pada bagian arah
bawah celana dalam itu menunjukkan air kencing yang kering itu yang
mungkin tercampur dengan keringatnya pula. Aku membayangkan betapa
nikmat apabila kencing dan keringat dari selangkangan atau vagina Bude
Murni bisa kujilati atau larutkan dalam ludahku agar aku bisa
menelannya. Membayangkan itu semua membuat elusan tangan pada penisku
berubah menjadi kocokkan. Dan kocokkan itu kuselingi dengan pijatan pada
urat-uratnya. Rasanya tak pernah puas mengendusi kutang dan celana
dalam Bude Murni itu. Kini saatnya mulutku melumati apa yang kurang dari
30 menit yang lalu masih nempel di tubuh Bude Murni ini.
Aku
mengunyah-kunyah bagian celana dalamnya yang nampak bernoda kuning
pekat. Saat telah membasah, kencing dan keringat yang larut bersama
ludahku itu kuserap dan kusedoti untuk mengaliri tenggorokanku. Penisku
semakin kaku mengiringi lumatan mulutku. Kemudian kukunyah pula tepian
lubang lengan blusnya. Rasa asin dan asem dari ketiak Bude Murni yang
larut dalam ludahku kutelan pula.
Dduhh.. Duhh.., tanganku semaki
cepat mengocok-ocok penisku. Nafsu birahiku telah mendesak naik ke
ubun-ubunku. Aku ingin secepatnya memperoleh orgasmeku. Aku membayangkan
nikmat saat air maniku nyemprot ke dinding kamar mandi seperti kemarin.
Mungkin kali ini aku agak tegang kurang santai. Sesudah ngocok penis
sekian lama orgasme dan ejakulasiku belum juga hadir. Sedangkan khayalan
seksualku sudah melayang ke mana-mana. Ke ketiak kanan dan kiri Bude
Murni. Bahkan kemudian aku pindahkan ke ketiaknya Shirley. Kuteruskan
lebih kebawah lagi, bibirku menciumi sambil lidahku melata dan merambah
paha dan selangakangan Bude Murni. Kemudian pindah pula ke Shirley.
Belum juga.
Tapi akhirnya datang juga. Saat khayalanku
membayangkan Bude Murni mengencingi mulutku, tak tertahan lagi, air
maniku langsung muncrat berlimpah-limpah berhamburan. Aku mendesah dan
merintih tertahan menerima nikmat luar biasa itu. Jakunku bergerak-gerak
seolah-olah benar-benar menelan air kencing Bude Murni yang hangat itu.
Kunyahan dan sedotanku pada celana dalam dan lubang ketiak blus Bude
Murni tak pernah kuhentikan. Aku tak menghitung lagi kemungkinan
kain-kain eksotik dan erotis yang lembut itu tercabik-cabik oleh gigiku.
Seno mengetok-ketok pintu. Minta aku cepetan, dia kebelet untuk buang air. Ah, nih teman.. Secepatnya aku menyelesaikan mandiku.
Hari
itu kami seharian mancing di kali. Saat pulang kantongku penuh buah
apel yang ranum. Ternyata apel yang langsung dipetik dari pohon rasanya
sungguh lezat dan segar. Bude Murni menggoreng ikan hasil pancingan
kami. Malam itu kami tidur sangat lelap.
Pagi berikutnya adalah
hari ke. 2 kami nginap di rumah Pakde Darmo. Aku bangun dengan penuh
ngaceng dan penuh harap. Aku berharap untuk bisa mengulangi kenikmatan
orgasme dan ejakulasi macam kemarin. Seluruh obyek dan sasaranku ada
dalam kamar mandi itu. Tokoh sentralnya tetap Bude Murni yang cantiknya
mengingatkanku pada Shirley Margaretha.
Seperti kemarin, pagi ini
kulihat Bude Murni sibuk meladeni suaminya bersiap ke kantornya. Wanita
yang sangat cantik saat bangun tidur itu mempertontonkan bahunya yang
aduhai dengan memakai blus lembut tanpa lengan macam yang dia pakai
kemarin. Kecuali warnanya yang pagi ini ke kuning dan merah-an penuh
motif kembang-kembang.
Dan seperti kemarin pula, Bude Murni
menyuruh kami cuci muka dulu kemudian sarapan. Dia akan mandi duluan
karena kota Malang yang bagi kami cukup dingin ini bagi beliau membuat
sangat kegerahan. Mungkin karena sudah sehari-harinya sebagai orang
Malang. Dan sekali lagi seperti kemarin, aku telah siap dengan handukku
sambil membaca apa saja yang terserak di meja menunggu Bude Murni keluar
dari kamar mandinya.
Pagi ini mandiku sungguh-sungguh sukses.
Disamping aku mendapatkan celana dalam dan blus lusuh bekas pakainya
Bude Murni, dia juga gantungkan kutangnya. Tentu saja kutang Bude ini
lebih melengkapi dan menunjang dalam melancarkan khayalan seronokku.
Pagi itu aku seakan menciumi tubuh Bude yang telanjang bulat. Aku sudah
atur, khayalanku akan merangkaki tubuh Bude mulai dari bagian atas
hingga bagian bawah tubuh cantiknya.
Saat aku menciumi dan
melumat-lumat lubang lengan blusnya, khayalanku terbang mengantarkan
hidung, lidah dan bibirku untuk menjilati ketiaknya. Dan saat aku mulai
melumat kutangnya, aku merambah buah dada dan pentil-pentilnya, Dan saat
aku melumat-lumat celana dalamnya, lidahku menjilati paha, selangkangan
dan vaginanya. Nafsu birahiku terbakar menggelora. Aku kini menunggu
Bude Murni kencing di mulutku macam kemarin pula. Dan khayalanku untuk
hal macam itu tak pernah menemui hambatan.
"Wan.., kamu minum ya
kencing Bude.., ayoo, minum Wan.. Buka mulutmu.." demikian khayalan
rintihan dan desah Bude Murni. Aku juga membayangkan betapa
tangan-tangan Bude dengan erat memegangi kepalaku agar air kencingnya
bisa tepat masuk ke mulutku.
Pagi itu aku sempat mengulangi
lintas khayalanku hingga aku bisa meraih 2 kali orgasme dan ejakulasi.
Aku puas banget. Pada saat muncrat yang terakhir, aku disergap nikmat
syahwat tak terhingga. Tubuhku jatuh nge-gelesot ke lantai. Air maniku
muncrat dari penis kecilku dengan tubuhku yang telentang di lantai dan
menggeliat-geliat menahan gelinjang. Air sejuk Malang dengan cepat bisa
mengembalikan tenagaku. Selesai mandi badanku sangat segar. Aku mengajak
Seno kembali menyusuri kali mencari ikan. Kami bikin tambak kemudian
mengurasnya. Ratusan ikan-ikan uceng dan wader dapat kami tangkap. Bude
Murni menggorengkan ikan itu untuk lauk makan siang kami.
Aku
kesengsem dengan tampilannya yang sangat seksi di siang hari ini. Bu
Murni memakai kaos tipis berlambang salah satu partai pemenang Pemilu
2004. Kaos itu berwarna merah yang ketat. Tepat pada arah dadanya nampak
tanda putih. Iklan partai itu menghimbau masyarakat untuk menusuk pada
tanda putihnya itu. Aku membayangkan seandainya boleh menusuk di tanda
itu sekarang, artinya aku mesti mendesak-desakkan penis kecilku ke celah
dua bukit indah milik Bude Murni yang kukagumi ini.
Untuk
bawahannya Bude Murni memakai celana pendek 'hot pants'. Aku yakin
beliaunya menganggap kami ini hanyalah anak-anak kecil. Oleh karenanya
beliau tidak perlu canggung dengan pakaiannya yang ternyata sangat
merangsang naluri birahiku. Edaann..!! Aku nggak sabar menunggu saat
mandi. Sambil menunggu gorengan ikan mateng, aku ke kamar mandi. Aku
bilang pada Seno perutku mules. Ternyata segala pakaian kotor tak nampak
lagi di gantungannya. Bude Murni telah mencucinya. Aku agak kecewa.
Kuamati di seputar kamar mandi. Tak ada yang bisa membantuku.
Kuperhatikan sabun, odol, sikat gigi, busa untuk menggosok kaki. Ah,
sama saja.
Tetapi karena perasaanku demikian kebelet, kubuka saja
celanaku. Aku mulai saja mengelusi penis kecilku sambil mataku setengah
merem. Untung ada daya khayal yang membantu aku. Tiba-tiba saja
hidungku telah nyungsep di ketiak Bude Murni yang basah oleh
keringatnya. Lidahku menjilat dan mengecapi keringat asin ketiaknya itu.
Bibirku melata merambah dadanya. Entah kemana kaos oblong bergambar
partai tadi. Yang ada kini adalah gundukkan ranum buah dada Bude Murni.
Dd.. Duuhh.. Wangii.. Banget..
Tanganku dengan terampil mengocok-ocok penis kecilku. Belum sampai ke menit ke 5 aku sudah merasakan air maniku akan tumpah.
Dengan
penuh nafsu bibir dan lidahku menyapu bukit dan lembah-lembah dari dada
melintasi perut dengan pusernya menuju ke selangkangan Bude Murni.
Saat
kutemukan bukit indah yang menggumuk, yaitu vaginanya, aku tak tahan
untuk membiarkannya. Lidahku mencoba menembusi gumuk itu. Aku rasakan
banget bagaimana jepitan bibir kemaluannya menghalangi tusukkan lidahku.
Aku juga merasakan ada lengket-lengket di ujung lidahku. Aku juga
mengendus-endus dan menjilati selangkangannya.
Air maniku muncrat
saat Bude Ambar mengencingi mulutku. Kenapa aku semakin pengin dan
terobsesi air kencingnya ya? Ah, masa bodo, pokoknya aku sangat
terangsang kalau mikir air kencing Bude Murni. Dan dengan cara itu
orgasmeku cepat hadir yang disertai tumpahnya air maniku yang berlimpah.
Aku
agak terhuyung saat keluar kamar mandi. Bude Murni sempat nampak cemas
meilhat keadaanku. Tetapi itu hanya sesaat. Bukankah aku tak apa-apa.
Kami makan siang dengan sangat nikmat. Bude Murni membuatkan lalap dan
sambal. Ikan uceng dan wadernya sungguh menjadi santapan yang tak ada
bandingnya.
Aku masih penasaran, kenapa tak bisa kudapatkan
celana dalam atau baju yang lain dari bekas pakai Bude Murni saat di
kamar mandi tadi. Mungkinkah nanti sore atau yang pasti besok pagi bisa
kudapatkan apabila beliau selesai mandi sore? Yaa.. Aku belajar sabar.
Malam
itu aku nonton TV sampai tertidur. Besok pulang. Jam berapa Sen, besok?
Seno bilang besok Pakde dan Bude akan nganter kami sampai terminal bus.
Kami akan berangkat jam 8 pagi dari rumah. Waahh.. Jangan-jangan kami
aku nggak sempat menikmati kembali celana dalam Bude Ambar nih. Kok
pagi, sih?! Kok Pakde pake ikut nganter sih?! Emangnya Pakde nggak
kerja? Wah, kacau nih, batinku kesal.
Besoknya, jam 5 pagi aku
sudah terbangun. Aku tidak langsung mandi. Aku pikir toh nggak ada
gunanya mandi pagi-pagi. Paling-paling Bude Ambar juga belum mandi.
Dengan alasan nyari udara pagi yang sehat aku ajak Seno keluar rumah dan
jogging di kebon apel belakang rumah. Kulihat Bude Murni sudah sibuk di
dapur. Tentu dia sedang nyediain sarapan buat kami yang akan pulang.
Lewat
jam 6 pagi kami balik ke rumah. Kulihat Bude Murni sudah dandan rapi.
Waahh.., kalau begitu sudah mandi dong?! Aku buru-buru lari kekamarku
untuk mengambil handukku. Aku sungguh penasaran dan kehilangan
kesabaran. Rasanya bukan pagi yang baik nih. Dengan banyak kehilangan
keyakinan diri aku langsung masuk ke kamar mandi. Semerbak dan hangatnya
bau sabun dan tubuh Bude Anisa langsung menyergap hidungku. Mataku
jelalatan dan.. Hahh.. Sungguh sebuah kejutan..
Rasanya kamar
mandi ini menjadi demikian indahnya. Lihatlah apa yang ada di
gantungannya. Semua impianku menjadi kenyataan. Ini pesta besar yang
kudapat di Malang. Gantungan baju itu penuh dengan pakaian kotor milik
Bude Murni yang bekas dipakainya. Kulihat kutangnya yang nge-gelantung,
celana dalamnya yang nampak lusuh setelah dipakai sejak semalaman. Blus
lembut berlengan pendek yang lusuh pula. Short pants yang sangat lecek
sesudah dipakai tidur dan kena keringat bokongnya saat sibuk di dapur
tadi. Aku langsung menelanjangi diriku. Tangan-tangan terampilku mulai
mengelusi penis kecilku. Terkadang juga kuselingi dengan remasan atau
pijatan.
Birahiku terdongkrak tinggi dengan apapun yang kini
nampak tergantung di depan mataku. Celana dalam, kutang, blus lembut
atau short pants punya Bude Murni yang bekas dipakainya itu telah
menerbangkan aku ke awang-awang nikmat birahiku. Setiap detail pakaian
kumal Bude Murni itu melemparkan aku ke lembah syahwatku dan mengajak
hidung, bibir dan lidahku berkelana menjelajahi tubuh Bude Murni. Aku
kembali melumati noda-noda keringat atau serpihan kencing pada pakaian
kotor Bude Murni itu.
Aku memasuki jerat nikmat yang tak bertara.
Hingga dengan penuh histeris aku mengerang dan mendesah tertahan. Aku
kembali berguling ke lantai. Tubuhku bergetar hebat mengikuti
gelinjangku. Aku mengocok penis kecilku dengan cepat. Makin cepat..
Cepat.. Cepat..
OowWCchh.. Air maniku tumpah. Berkali-kali
penisku berkedut keras menembakkan cairan-cairan kentalku hingga
membasahi dan meleleh di kamar mandi Bude Murni ini. Aku tersungkur.
Kudengar
Pakde Darmo memanaskan mobilnya. Seno menggedor pintu kamar mandi. Aku
bilang tunggu, aku lagi buang air, perutku agak mules. Aku cepat segar
apabila air menyiram tubuhku. Aku mandi sepuasku.
Itulah sekilas
kenikmatan yang kudapatkan selama liburanku. Pasti aku akan selalu
mengenang dan mengulang nikmat macam itu. Dan kini, pada setiap liburan
aku selalu berharap bisa pergi ke suatu tempat untuk kemungkinan
mengalami peristiwa sejenis. Ketemu perempuan cantik macam Bude Murni
dan menciumi celana dalam kotornya. Atau kutangnya, atau blusnya.

Senin, 15 Januari 2018